AS Beri Kabar Gembira Lagi: IHSG Sudah Pesta, Kapan Rupiah Perkasa?

4 hours ago 2
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG terbang sementara rupiah melemah
  • Wall Street ditutup beragam karena investor menunggu data-data ekonomi
  • Meredanya perang dagang, menurunnya proyeksi resesi dan data neraca dagang akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan pasar keuangan pada perdagangan kemarin justru tak sejalan, di kala Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat mendekati level 7.000, sementara pergerakan rupiah justru loyo terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Meredanya tensi perang dagang antara AS dengan China justru menjadi pendorong penguatan indeks dolar.

Namun, pergerakan IHSG dan rupiah diharapkan menguat pada hari ini. Terdapat beberapa sentimen yang dapat menjadi dorongan bagi pasar keuangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (14/5/2025), naik 2,15% atau 147 poin ke level 6.979,88. Penguatan ini merupakan tertinggi sejak 6 Februari 2025. Hanya butuh beberapa poin lagi untuk IHSG menembus level psikologis 7.000.

Sebanyak 418 saham naik, 218 turun, dan 166 tidak bergerak. Nilai transaksi pun terbilang ramai, atau mencapai Rp 17,71 triliun yang melibatkan 29,90 miliar saham dalam 1,49 juta kali transaksi.

Mengutip Refinitiv, nyaris seluruh sektor berada di zona hijau, kecuali kesehatan yang terkoreksi tipis. Finansial memimpin penguatan dengan kenaikan lebih dari 3,5%. Lalu diikuti utilitas yang naik 2,92%, bahan baku 2,39%, properti 2,27% dan energi 1,61%.

Sentimen positif untuk pasar keuangan terakumulasi selama libur panjang perayaan Waisak. Perang dagang berkepanjangan antara Amerika Serikat (AS) dan China akhirnya sedikit mereda setelah kedua negara sepakat memangkas tarif impor secara signifikan. Kesepakatan ini mengejutkan banyak pihak karena hasilnya lebih baik dari perkiraan.

Dalam kesepakatan yang dibuat pada Senin (12/5/2025), tarif AS terhadap produk China dipangkas dari 145% menjadi 30%, dan tarif China terhadap produk AS turun dari 125% menjadi 10% selama 90 hari ke depan.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (14/5/2025) ditutup pada posisi Rp16.545/US$ atau melemah 0,21%. Rupiah belum menunjukkan tajinya meski banyak sentimen positif. Dalam lima perdagangan terakhir, nilai tukar rupiah melemah empat kali dan hanya sekali menguat. 

Pelemahan rupiah terjadi usai Presiden AS Donald Trump mengulangi seruannya untuk pemangkasan suku bunga menyusul data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan pada hari Selasa. Trump kembali menuduh Ketua Federal Reserve Jerome Powell "terlambat" menurunkan suku bunga pada platform Truth Social miliknya.

Inflasi AS mereda menjadi 2,3% (year on year/yoy) per tahun pada  April dibandingkan dengan 2,4% yang diharapkan oleh para ekonom dalam survei WSJ. Sekilas, penurunan dolar setelah data tersebut tampak logis mengingat prospek pemangkasan suku bunga yang lebih cepat, kata Thu Lan Nguyen dari Commerzbank dalam sebuah catatan.

Selain itu, pelaku pasar juga merespon soal perang dagang berkepanjangan antara AS dan China yang akhirnya sedikit mereda setelah kedua negara sepakat memangkas tarif impor secara signifikan. Kesepakatan ini mengejutkan banyak pihak karena hasilnya lebih baik dari perkiraan.

Dalam kesepakatan yang dibuat pada Senin (12/5/2025), tarif AS terhadap produk China dipangkas dari 145% menjadi 30%, dan tarif China terhadap produk AS turun dari 125% menjadi 10% selama 90 hari ke depan.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (14/5/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau melemah 0,03% di level 6,787%.

Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).

Pages

Read Entire Article
Photo View |