Asia Jadi Lautan Merah, Rupiah-Yen Jadi Korban Perang India dan Pakistan

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia bergerak sangat volatile pada pekan ini. Mayoritas mata uang Asia sempat terbang bahkan sampai menimbulkan kekhawatiran. Namun, perang India vs Pakistan memupus kinerja positif tersebut.

Merujuk Refinitiv, mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini. Rupee Pakistan menjadi mata uang terlemah pekan ini dengan ambruk 1,34% disusul kemudian dengan rupee India yang jatuh 1,03%.

Ambruknya mata uang kedua negara dipicu oleh perang India vs Pakistan yang meletus pada Rabu (7/5/2025).

Perang ini meningkatkan ketegangan geopolitik dan memicu outflow dari pasar Asia.

Sebagai catatan, India resmi melancarkan serangan ke Pakistan, Rabu (7/5/2025). Secara rinci, India menyerang sembilan lokasi di Pakistan dan Kashmir Pakistan.

Konflik terbuka antara dua negara bersenjata nuklir menciptakan ketidakpastian tinggi di kawasan Asia Selatan. Investor global biasanya menarik dana dari aset berisiko (termasuk mata uang negara berkembang Asia) dan beralih ke safe haven seperti dolar AS atau yen Jepang.

Perang India vs Pakistan memupus kinerja luar biasa mata uang Asia sebelum konflik meletus.

Sebagai perbandingan dalam sepekan sebelum perang (29 April-6 Mei), hampir seluruh mata uang Asia terbang termasuk rupiah. Hanya rupee India dan Pakistan yang melemah karena konflik mulai meruncing di wilayah Kashmir. Pelemahan juga dialami yuan China karena belum jelasnya kesepakatan dagang dengan AS.

Selebihnya mata uang Asia terbang karena dolar ambruk di tengah negatifnya pandangan investor mengenai sikap berubah-ubah pemerintahan Presiden Donald Trump soal kebijakan tarif.

Mata uang dolar Taiwan bahkan terbang 3% tertinggi dalam 37 tahun. Namun, perang mulai mengikis keperkasaan dolar Taiwan.

Sebaliknya, dolar AS menguat karena kembali dicari investor sebagai aset aman.

Rupee India Jeblok Parah

Para trader valas (forex) India awalnya masih mampu menoleransi ketegangan yang memanas antara India dan Pakistan hingga Kamis siang, ketika kabar mengenai eskalasi serangan militer menyebabkan kepanikan di pasar dan membuat nilai tukar rupee jatuh ke titik terburuknya dalam lebih dari dua tahun.

Pada awal perdagangan Kamis, rupee sempat hampir pulih sepenuhnya dari pelemahannya. Namun, kabar balasan serangan dari Pakistan di sore harinya langsung mengubah sentimen pasar secara drastis.

Dalam pembalikan tajam, rupee yang sempat menyentuh puncaknya di kisaran INR 84,50 per dolar AS pada hari itu, berakhir melemah 1% ke level INR 85,71 per dolar. Ini menandai penurunan harian terbesar dalam lebih dari dua tahun.

"Pasar sebelumnya memperkirakan Pakistan tidak akan melakukan pembalasan, tetapi perkembangan pada Kamis telah memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas," ujar Apurva Swarup, Wakil Presiden Shinhan Bank India, kepada Reuters.

"Selain itu, likuiditas pasar yang sangat tipis juga memperparah pergerakan harga yang tajam saat ini," tambahnya.

Konflik antara kedua negara bertetangga itu kini semakin memanas. Rupee memperpanjang pelemahannya ke level terendah dalam satu bulan di angka INR 85,8425 pada Jumat. Bank Sentral India (RBI) pun turun tangan untuk menstabilkan mata uang tersebut.

Kekhawatiran pasar juga tercermin dari meningkatnya volatility skew pada pasangan dolar-rupee, yang mengindikasikan bahwa permintaan opsi untuk melindungi nilai terhadap pelemahan rupee jauh melebihi permintaan opsi untuk potensi penguatannya.

Kontrak non-deliverable forwards (NDF) dolar-rupee tenor satu bulan naik ke level tertingginya dalam satu bulan terakhir, mencerminkan kekhawatiran pelaku pasar luar negeri terhadap potensi pelemahan lebih lanjut dari rupee.

Rupee diperkirakan masih akan berada di bawah tekanan dalam waktu dekat, kata Dhiraj Nim, ahli strategi valas dan ekonom di ANZ, karena eskalasi semalam dinilai "cukup parah".

"Hingga kini, belum ada tanda-tanda kredibel bahwa salah satu pihak bersedia mundur atau menurunkan tensi konflik," ujar Nim.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Photo View |