IHSG Siap Pesta, Sama dari 5 Sektor Ini Bisa Jadi Pilihan

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kesepakatan Amerika Serikat (AS) dengan China untuk memangkas tarif dagang memberikan sentimen positif bagi Indonesia. Besar harapan terjadi apresiasi khususnya untuk pasar saham Tanah Air.

Untuk diketahui, dalam kesepakatan yang dibuat pada Senin (12/5), tarif AS terhadap produk China dipangkas dari 145% menjadi 30%, dan tarif China terhadap produk AS turun dari 125% menjadi 10% selama 90 hari ke depan.

Presiden AS Donald Trump memuji perjanjian tersebut sebagai bukti bahwa strategi tarif agresifnya membuahkan hasil, setelah AS membuat perjanjian awal dengan Inggris dan sekarang dengan China.

"Mereka telah setuju untuk membuka China sepenuhnya, dan saya pikir ini akan menjadi fantastis bagi China, saya pikir ini akan menjadi fantastis bagi kita," kata Trump di Gedung Putih, dikutip dari Reuters, Selasa (13/4/2025).

Trump juga menyebut bahwa kesepakatan ini adalah "langkah awal" menuju keadilan dagang jangka panjang.

Bursa Saham AS Sambut Positif

Bursa Wall Street langsung menyambut positif kabar kesepakatan tersebut dengan kompak menguat pada Senin. Namun, bursa ditutup beragam pada perdagangan kemarin, Selasa (13/5/2025).

Indeks S&P naik 0,72% dan ditutup di level 5.886,55, sementara Nasdaq Composite melonjak 1,61% menjadi 19.010,08. Dow Jones Industrial Average turun 269,67 poin atau 0,64%, karena penurunan hampir 18% pada saham UnitedHealth membebani indeks acuan tersebut.

Satu yang menjadi catatan khusus pada kenaikan saham Senin lalu adalah lonjakan saham raksasa teknologi. Kenaikan saham bahkan langsung mengerek market cap Google dan kawan kawan sebesar US$ 837 miliar sehari.

Sektor Saham di RI Berpotensi Melesat

Tidak hanya terjadi pada AS, ketika pasar saham RI dibuka hari ini, Rabu (14/5/2025), diperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beserta berbagai sektor berpotensi mengalami kenaikan.

IHSG pada penutupan perdagangan Jumat (9/5/2025) naik tipis 0,07% ke angka 6.832 dengan nilai transaksi sebanyak Rp9,01 triliun, jumlah saham yang terlibat sebanyak 19,18 miliar dalam 1,11 juta kali transaksi.

Mayoritas sektor kemungkinan besar akan berada di zona hijau pada perdagangan esok hari khususnya yang masuk ke dalam daftar blue chip stocks termasuk yang berhubungan dengan saham komoditas, teknologi, dan perbankan.

1. Saham Teknologi
 Setelah kesepakatan tarif diumumkan, menunjukkan bahwa saham teknologi mendapat dorongan besar dari sentimen positif ini.

Banyak perusahaan teknologi (seperti Apple, Nvidia, atau AMD) sangat bergantung pada rantai pasok global, termasuk manufaktur di Tiongkok dan pasar ekspor besar di Asia. Ketika ketegangan dagang mereda, risiko gangguan pasokan dan biaya tambahan (seperti tarif) ikut turun, yang artinya margin keuntungan bisa lebih terjaga.

Kondisi ini akan berdampak juga terhadap sentimen saham teknologi di Indonesia. 

Meredanya ketegangan dagang dapat meningkatkan permintaan global untuk produk teknologi, baik dari konsumen maupun perusahaan. Perusahaan cenderung menunda pembelian perangkat keras atau layanan TI selama ketidakpastian tinggi. Dengan stabilitas yang lebih besar, belanja teknologi kembali meningkat.

Selama perang dagang, banyak produk teknologi dikenakan tarif tambahan yang menurunkan daya saing harga. Ketika tarif ini ditangguhkan atau dihapus, biaya impor komponen dan barang teknologi menurun, sehingga laba perusahaan bisa meningkat.

2. Saham Perbankan
Investor mulai mengalihkan dana ke pasar Asia, yang berpotensi meningkatkan valuasi saham perbankan setelah harga sahamnya anjlok dan dinilai murah.

3. Saham Komoditas
Dengan berkurangnya ketegangan dagang, harga bahan baku menjadi lebih stabil, memberikan keuntungan bagi perusahaan di sektor komoditas.
Perusahaan yang mengekspor komoditas ke China juga akan diuntungkan karena permintaan diharapkan naik. Di antaranya adalah nikel dan baja.

4. Sektor Barang Baku

Dengan pemangkasan tarif impor selama 90 hari, industri manufaktur di China dan AS kembali mendapatkan akses yang lebih mudah terhadap bahan baku, termasuk dari Indonesia. Hal ini mendorong peningkatan ekspor bahan baku dari Indonesia ke pasar internasional, terutama ke China yang membutuhkan pasokan untuk produksi barang ekspor ke AS.

5. Sektor Properti

Meredanya ketegangan global membawa stabilitas ekonomi dan meningkatkan kepercayaan investor. Dengan berkurangnya ketidakpastian, arus investasi asing ke Indonesia meningkat, terutama dalam pengembangan kawasan industri dan residensial. Selain itu, suku bunga yang lebih stabil dan kebijakan pemerintah yang mendukung investasi properti mendorong pertumbuhan sektor ini.

Liza Camelia Suryanata - Head of Research dari Kiwoom Sekuritas Indonesia mengatakan kesepakatan perang dagang bisamenjadi sentiment positif. Sentimen ini diharapkan bisa mengegrakan market ke zona bullish lebih stabild alam jangka pendek.

"Berkurangnya risiko sistemik dari perang dagang membuat investor global kembali bersedia mengambil aset beresiko (risk-on) . Harapannya ini bisa mendukung arus masuk dana asing ke pasar obligasi dan saham Indonesia , terutama bila didukung arah suku bunga global yang lebih akomodatif," ujar Liza, dalam catatannya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Photo View |