Investor Anggap RI Jadi Negara dengan Risiko Tinggi, Ini Buktinya!

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) buka suara ihwal premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang terus di level tinggi, meski sudah menurun dari posisi per 10 April 2025 yang sempat ke level atas 100 basis points (bps).

Sebagaimana diketahui, pada momen tertekannya kurs rupiah setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif resiprokal yang tinggi terhadap mitra dagang utamanya, premis CDS Indonesia 5 tahun sempat ke level 113,35 bps per 10 April 2025 dari posisi 4 April 2025 di level 105,57 bps.

Sementara itu, untuk data terakhir per 1 Mei 2025, premi CDS Indonesia 5 tahun ke level 97,18 bps, naik dibandingkan posisi per 25 April 2025 sebesar 93,98 bps.

"CDS meskipun sempat spike di atas 100, itu CDS 5 tahunnya kita sekarang sudah kembali di bawah 100," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Erwin Gunawan Hutapea saat taklimat media di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, 7 Mei 2025.

Meski sudah berada di level bawah 100, CDS Indonesia 5 tahun masih lebih tinggi dari level pada 2024 yang di kisaran 77.

Kondisi itu disebabkan sudah berubahnya kondisi ekonomi di tingkat global akibat semakin memburuknya ketidakpastian di pasar keuangan. Penyebabnya, konflik yang tak kunjung berhenti di segala lini.

Mulai dari perang dagang yang dipicu pengenaan tarif resiprokal yang tinggi oleh Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara mitra dagang utamanya, hingga perang terbuka yang kini merambah antara India dan Pakistan.

"Diskusi yang kami lakukan dengan pelaku pasar kenapa CDS 5 tahun Indonesia itu tidak kembali ke level akhir 2024 yang ada di angka 77, kan sekarang masih di angka 93-94, ya karena landscape-nya berubah," ucap Erwin.

"Jadi pelaku pasar melihat ya dunia sudah tidak sama lagi dengan kondisi pada akhir 2024," tegasnya.

Sebagai informasi, CDS adalah kontrak derivatif swap di mana pembeli melakukan pembayaran ke penjual atas penutupan risiko gagal bayar (default) debiturnya. Artinya, dia mendapatkan pembayaran bila terjadi gagal bayar atau kejadian lain yang mengancam pembayaran kredit yang ada.

Kenaikan premi CDS tersebut cenderung membuat investor asing untuk meninggalkan Surat Berharga Negara (SBN) dan berkontribusi pada penurunan harga obligasi bertenor 5 tahun di Tanah Air.


(arj/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG & Rupiah Perkasa, Mana Sektor Yang Jadi Incaran Pasar?

Next Article Hari Pertama Perdagangan 2025, Was-Was Rupiah Masih Rawan Melemah!

Read Entire Article
Photo View |