Keberlanjutan Jadi Fokus Utama Endress+Hauser untuk Raih Cuan

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia- President Supervisory Board Endress+Hauser Group, Matthias Altendorf memaparkan perjalanan panjang Endress+Hauser sejak pertama kali berdiri. Ia mengatakan keberlanjutan telah menjadi prioritas utama di Endress+Hauser Group.

"Keberlanjutan adalah salah satu nilai merek kami. Ketika saya berbicara tentang keberlanjutan, prioritas nomor satu bagi setiap perusahaan adalah kami harus hidup besok, hidup tahun depan, hidup dalam 10 tahun mendatang, dan kami harus hidup dalam 100 tahun," kata dia dalam Sustainability Recognition Forum 2025 di St Regis Hotel, Jakarta, Kamis, (8/5/2025).

Matthias bercerita Endress+Hauser Group sendiri didirikan pada 1953 di perbatasan Swiss, Jerman, Prancis, oleh 80 orang. Endress+Hauser Group menjadikan ikon gunung Matterhorn di Swiss sebagai pedoman kurva penjualan.

"Kami berusaha untuk meniru dengan penjualan kami sedikit banyak dengan kecuraman kurva ini," terang dia.

Matthias pun memaparkan kesuksesan Endress+Hauser Group dalam bisnis keberlanjutan hingga 72 tahun. Menurut dia, Endress+Hauser Group memerlukan waktu 40 tahun untuk meraih pendapatan miliar dolar pertamanya dan memerlukan waktu 20 tahun untuk meraih miliar kedua.

"Dan kami butuh 10 tahun untuk membuat dua miliar berikutnya. Jadi, ada sesuatu yang eksponensial. Dengan pertumbuhan ini, tentu saja, kami juga telah tumbuh dalam membayar pajak, memberikan pekerjaan, tapi juga berusaha untuk meningkatkan upaya kami dalam keberlanjutan dalam semua aspek pada akhirnya," terang dia.

Dia menambahkan bahwa sebagian besar profit tersebut kembali diinvestasikan untuk inovasi, pengembangan infrastruktur, dan pengembangan sumber daya manusia.

"Kami meresmikan tiga tahun yang lalu bangunan pertama kami di Kanada, yang 100% berkelanjutan. Itu berarti tidak memerlukan energi dari luar untuk beroperasi di Kanada," tambah dia.

Menurut Matthias transisi energi dan keberlanjutan perlu dikelola dengan baik. Caranya dengan menjadikan energi terjangkau bagi masyarakat. Dia mencontohkan kegagalan pengelolaan energi di Eropa akibat politik, yakni akibat krisis Rusia-Ukraina, di mana harga energi meningkat dan mengubah lanskap politik secara keseluruhan.

"Jadi, hanya jika kita mengelola transisi energi dengan cara yang membuat energi tetap terjangkau bagi masyarakat. Jika tidak, maka akan menciptakan terlalu banyak kegelisahan sosial di masyarakat mana pun. Dan saya juga ingin berbagi dengan Anda tentang peluang-peluang yang ada bagi kita," pungkas dia.


(dpu/dpu)

Saksikan video di bawah ini:

Endress+Hauser Sustainability 2025, Pamerkan Praktik ESG Korporasi

Next Article Kupas Tuntas Jurus Industri Terapkan Praktik Keberlanjutan

Read Entire Article
Photo View |