Tok! The Fed Tahan Suku Bunga Lagi, Perang Dagang Bisa Ganggu Ekonomi

15 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The federal Reserve (The Fed) kembali menahan suku bunganya di level 4,25-4,50% bulan ini. Keputusan ini mencerminkan sikap The Fed yang hati-hati dalam mengantisipasi dampak kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump.

The Fed mengumumkan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (8/5/2025). Ini merupakan kali ketiga The Fed menahan suku bunganya setelah terakhir kali menurunkan suku bunganya pada pertemuan Desember 2024.

Seperti diketahui, The Fed telah mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih dari setahun sebelum memangkasnya pada September 2024 dan dilanjutkan pada November serta Desember 2024 dengan total 100 basis poin (bps) di tahun kemarin.

Keputusan ini diambil di tengah meningkatnya ketidakpastian akibat kebijakan tarif impor besar-besaran Presiden Donald Trump, yang diumumkan pada 2April 2025.

Ada Risiko Kenaikan Inflasi dan Pengangguran ke Depan

Dalam pernyataannya, The Fed mengakui ada kenaikan risiko stabilitas harga dan ketenagakerjaan. Kondisi ini membuat bank sentral dalam posisi sulit dalam menentukan arah kebijakan berikutnya.

"Ini bukan situasi di mana kami bisa bertindak secara pre-emptif, karena kami belum tahu apa respons yang tepat hingga melihat data lebih lanjut," kata Powell dalam konferensi pers usai rapat Federal Open Market Committee (FOMC), dikutip dari CNBC International.

Inflasi AS melandai ke 2,4% pada Maret 2025, dari 2,8% (year on year/yoy) pada Februari 2025. Sementara itu, angka pengangguran tetap di 4,2% pada April.

Ketua The Federal Reserve Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral akan tetap bersabar dalam menentukan langkah kebijakan berikutnya, mengingat tingginya ketidakpastian yang masih menyelimuti prospek ekonomi.

"Masih banyak hal yang belum kita ketahui. Tapi kami berada dalam posisi yang baik untuk menunggu dan melihat. Kami tidak perlu terburu-buru. Ekonomi cukup tangguh, berjalan dengan cukup baik. Kebijakan kami berada di posisi yang tepat. Biaya untuk menunggu perkembangan lebih lanjut juga relatif rendah." tutur Powell.

Ia menambahkan bahwa belum bisa dipastikan berapa lama periode penantian ini akan berlangsung. Namun, saat ini The Fed melihat keputusan untuk menahan kebijakan sebagai pilihan yang paling jelas dan bijak.

Dia menjelaskan bahwa kondisi yang penuh ketidakpastian tidak memungkinkan adanya langkah pre-emptif. Pihaknya akan menunggu perkembangan data ekonomi selanjutnya. pihaknya akan bersikap menunggu dan melihat perkembangan lebih lanjut di tengah situasi yang penuh ketidakpastian.

Powell menyampaikan bahwa kemungkinan pemangkasan suku bunga tahun ini sangat bergantung pada bagaimana kondisi inflasi dan ketenagakerjaan berkembang ke depan. Ia menambahkan bahwa negosiasi dagang yang tengah berlangsung dengan mitra utama seperti Tiongkok juga dapat secara signifikan mengubah prospek ekonomi.

Powell menyebut bahwa tarif impor yang diumumkan Trump pada 2 April jauh lebih besar dari yang diperkirakan oleh The Fed.

Tarif impor yang tinggi telah berdampak pada rantai pasok dan menyebabkan gangguan pada data ekonomi kuartal I, yang tercermin dalam kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB). Namun demikian, aktivitas ekonomi secara keseluruhan dan pasar tenaga kerja masih menunjukkan ketahanan.

Seperti diketahui, PDB AS terkontraksi 0,3% pada kuartal I 2025. Ini adalah kontraksi pertama sejak kuartal I-2022.Padahal, ekonomi AS mengalami pertumbuhan 2,4% pada kuartal sebelumnya dan berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 0,3%, menurut estimasi awal.

Sejumlah indicator juga menunjukkan ekonomi AS tengah melambat.

Indeks Keyakinan Konsumen Amerika Serikat yang diterbitkan oleh The Conference Board menunjukkan penurunan tajam pada April 2025, mencerminkan meningkatnya pesimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke depan.

Indeks utama turun sebesar 7,9 poin ke level 86,0. Angka ini merupakan yang terendah sejak Mei 2020.

Angka PMI Manufaktur versi Institute for Supply Management (ISM) untuk AS pada periode April 2025 mengalami penurunan menjadi 48,7. Merosotnya angka PMI ini bukan baru saja terjadi melainkan telah terjadi selama tiga bulan beruntun dengan puncaknya pada Januari 2025 di angka 50,9.

Powell mengindikasikan bahwa jika situasi ini berlanjut, The Fed mungkin tidak akan mencapai target stabilitas harga dan pasar tenaga kerja selama sekitar satu tahun ke depan, dan karena itu suku bunga bisa bertahan di level tinggi lebih lama dari yang sebelumnya diperkirakan.

"Kami hanya akan terus berupaya mencapai target kami. Tapi mungkin, untuk satu tahun ke depan, kami tidak akan melihat kemajuan menuju tujuan itu-jika skenario tarif benar-benar terjadi," katanya.

Powell juga menegaskan bahwa tingginya ketidakpastian mengenai waktu, skala, dan durasi tarif membuat kebijakan moneter harus tetap fleksibel dan sangat bergantung pada data ke depan.

Powell Tegaskan Tidak Akan Minta Bertemu Presiden, Termasuk Trump

Meskipun menghadapi berbagai kritik dari Gedung Putih, Powell menegaskan bahwa ia tidak pernah dan tidak akan pernah meminta pertemuan dengan Presiden Donald Trump maupun presiden AS lainnya.

"Saya tidak pernah meminta pertemuan dengan presiden mana pun, dan saya tidak akan melakukannya," kata Powell. "Saya tidak melihat alasan untuk meminta pertemuan. Selalu sebaliknya presiden yang meminta." Ujarnya.

Powell juga menambahkan bahwa menurutnya, bukan tugas Ketua The Fed untuk menginisiasi pertemuan dengan presiden.

Pernyataan ini mencerminkan upaya Powell untuk menjaga independensi bank sentral di tengah tekanan politik yang terus meningkat, terutama terkait arah suku bunga dan kebijakan moneter di bawah pemerintahan Trump.

Hubungan Trump-Powell tengah dalam sorotan karena Trump berkali-kali menyindir Powell untuk segera menurunkan suku bunga. Trump bahkan sempat mengancam untuk memecat Powell.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Photo View |