Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dan China menjadi dua negara yang memberikan kredit utang ke Indonesia dalam jumlah yang besar.
Bank Indonesia (BI) pada hari ini, Kamis (15/5/2025) telah merilis data terbaru Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per Maret 2025. Besarannya naik sekitar 0,63% dibanding bulan sebelumnya, dari US$ 427,63 miliar menjadi US$ 430,35 miliar.
Dari nilai ULN yang senilai US$ 430,35 miliar itu atau bila dikonversi ke rupiah sebesar Rp 7.100,77 triliun (kurs Rp 16.500), mayoritas bersumber dari negara-negara pemberi pinjaman senilai US$ 205,60 miliar, atau naik dari catatan per Februari 2025 US$ 203,98 miliar.
"Posisi ULN Indonesia pada triwulan I 2025 tercatat sebesar 430,4 miliar dolar AS, atau secara tahunan tumbuh sebesar 6,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV 2024 sebesar 4,3%," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso melalui siaran pers, Kamis (15/5/2025).
Apabila dilihat lebih rinci, AS dan China menjadi dua negara yang memberikan utang kepada Indonesia yang masing-masing berjumlah US$27,83 miliar dan US$23,04 miliar pada Maret 2025.
Jika dirata-ratakan dalam 13 bulan terakhir, jumlah utang yang diberikan AS dan China relatif lebih besar dibandingkan pada periode Maret 2025, yakni masing-masing sebesar US$27,78 miliar dan US$22,77 miliar.
Sedangkan jika dilihat secara tren utang yang diberikan oleh kedua negara, cenderung mendatang dengan tendensi menurun.
AS dan China memberikan utang kepada Indonesia karena berbagai alasan strategis dan ekonomi. Salah satu alasan utama adalah untuk memperkuat hubungan bilateral dan meningkatkan pengaruh mereka di kawasan Asia Tenggara. Dengan memberikan pinjaman, kedua negara ini dapat mendorong kerja sama ekonomi dan investasi dengan Indonesia, yang merupakan salah satu ekonomi terbesar di kawasan.
Selain itu, utang dari AS dan China sering digunakan untuk mendukung proyek infrastruktur dan pembangunan di Indonesia. China, misalnya, banyak memberikan pinjaman untuk proyek-proyek besar seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, dan kereta cepat. Sementara itu, AS lebih banyak berkontribusi dalam bentuk investasi dan bantuan keuangan untuk sektor teknologi dan energi.
Faktor lain yang mempengaruhi pemberian utang adalah kepentingan ekonomi global. Indonesia memiliki sumber daya alam yang penting, seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan nikel, yang menjadi komoditas utama dalam perdagangan internasional. Dengan memberikan pinjaman, AS dan China dapat memastikan akses terhadap sumber daya ini serta memperkuat hubungan dagang dengan Indonesia.
Namun, tren terbaru menunjukkan bahwa baik Amerika Serikat maupun China mulai mengurangi pinjaman mereka ke Indonesia karena ketegangan perdagangan global dan perubahan strategi investasi
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)