Fenomena Warga RI Doyan Beli Emas Ketimbang Nabung, Ini Pemicunya!

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren beli emas semakin meningkat, dan telah menunjukkan peningkatan yang signifikan sejak tahun 2022. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa porsi pembelian emas dan perhiasan dari disposable income masyarakat meningkat sekitar 12% sejak tahun 2022 hingga kini.

Per Maret 2025, sebanyak 32,9% dari disposable income masyarakat Indonesia ditempatkan di emas dan perhiasan.

Head of Macroeconomics and Financial Market Research Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina mengatakan peningkatan itu terjadi karena emas dinilai sebagai alternatif aset safe haven.

"Jadi ini tentunya akan merubah sedikit pola penempatan aset masyarakat, apakah itu untuk saving, apakah itu untuk property, dan alternatif aset-aset lainnya," kata Dian dalam Mandiri Economic Outlook kuartal II-2025, Senin (19/5/2025).

Tak terelakkan juga pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari tren beli emas ini. Belum lagi, DPK rumah tangga masih melanjutkan tren penurunannya sejak pandemi Covid-19. Adapun pertumbuhan DPK keseluruhan saat ini jauh lebih rendah dibanding periode sebelum pandemi Covid-19, yang mampu tumbuh hingga 11,4%. Sedangkan data terbaru menunjukkan simpanan masyarakat hanya mampu tumbuh di bawah 5%.

Pada kesempatan yang sama, Chief of Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro menyebut peralihan alokasi dana masyarakat ke instrument lain seperti emas juga menjadi tantangan.

Selain itu, Dian mengatakan pertumbuhan DPK juga akan sangat terpengaruh dengan kondisi eksternal terutama terkait dinamika perang dagang.

"Kalau kita lihat beberapa minggu setelah pengumuman resiprokal tarif dari Trump, itu terjadi capital outflow, ya ini tentunya juga berdampak negatif pada pertumbuhan DPK, karena ada aliran arus dana keluar," ujarnya.

Fenomena masyarakat Ri pilih menabung emas ini ditangkap oleh pemerintah. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartaro mengungkapkan, masyarakat terutama para investor kini memilih menempatkan keuangannya pada aset yang berisiko rendah seperti emas dan dolar Amerika Serikat (AS) di kala kondisi ekonomi tidak menentu atau penuh ketidakpastian.

"Orang krisis yang ditimbun dua. Nah inilah yang satu yang merepotkan Pak Gubernur (BI). Pada saat menimbun dolar, yang pusing Pak Gubernur. Nah kalau membantu risk management supaya Pak Gubernur tidak repot, emas lah yang ditimbun," ujarnya di grand Sahid Jakarta, minggu lalu, Kamis (15/5/2025).

Pada kondisi ketidakpastian ini, kata Airlangga, emas diburu oleh masyarakat sehingga menyebabkan kenaikan harga yang masif. "Saya lihat emas itu dalam beberapa tahun terakhir, dalam setiap krisis ternyata naik. Jadi bukan DPK. Tapi emas yang ditaruh di Pegadaian itu naik," sebutnya.

Di sisi lain, Airlangga juga menjelaskan eksistensi emas di Indonesia. Cadangan emas di Indonesia merupakan yang terbesar di Indonesia.

"Oleh karena itu ini harus dikapitalisasi dan emas adalah safe haven investor. Di dalam segala macam krisis," ungkapnya.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bank Mandiri (BMRI) Cetak Laba Rp 13,2 T di Kuartal I - 2025

Next Article Ketakutan Jokowi Muncul Lagi di Era Prabowo

Read Entire Article
Photo View |