Mata-Mata Israel Wajib Bayar WhatsApp Rp 2,7 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pembuat program mata-mata asal Israel, NSO Group, dihukum ganti rugi ke WhatsApp senilai US$ 167 juta (sekitar Rp 2,7 triliun). Hukuman itu dijatuhkan oleh hakim di Amerika Serikat atas aksi peretasan NSO ke lebih dari 1.400 pengguna WhatsApp pada 2019.

Sidang gugatan WhatsApp atas NSO berakhir dengan kemenangan WhatsApp setelah berjalan lebih dari 5 tahun.

Hukuman yang diberikan oleh hakim lebih tinggi dari permintaan WhatsApp. Dalam gugatannya, WhatsApp hanya meminta ganti rugi US$ 400 ribu sebagai kompensasi waktu yang dihabiskan oleh para pegawai untuk menyelidiki, menghalau, dan memperbaiki keamanan aplikasi yang disasar oleh NSO Group.

Juru bicara WhatsApp Zade Alsawah menyatakan hasil sidang adalah sejarah baru karena untuk pertama kalinya hukuman dijatuhkan ke program mata-mata ilegal yang mengancam keselamatan dan privasi publik.

"Hari ini, keputusan juri memaksa NSA, penjaja program mata-mata yang ternama, untuk membayar ganti rugi," kata Alsawah.

Juru bicara NSO Group Gil Lainer menyatakan pihaknya berencana mengajukan banding.

"Kami akan meneliti detail putusan dan menempuh jalur hukum lebih lanjut, termasuk banding," kata Lainer.

Dalam persidangan, aksi mata-mata dan pengguna spyware buatan NSO Group terungkap. Dari ribuan pengguna WhatsApp, 54 akun adalah milik penduduk Indonesia.

Kejadian tersebut melibatkan Spyware perusahaan Pegasus pada 2019 lalu. Dalam dokumen yang menjadi bagian gugatan WhatsApp disebutkan, 1.223 pengguna menjadi target dalam peretasan enam tahun lalu. Semua pengguna berasal dari 51 negara berbeda, dikutip dari Tech Crunch, Jumat (11/4/2025).

Indonesia masuk dalam salah satu negara korban Pegasus. Jumlah yang terdampak mencapai 54 orang. Negara dengan jumlah korban terbanyak dari aktivitas peretasan ini adalah Meksiko sebanyak 456 orang. Selain itu ada juga 100 warga India yang menjadi target Pegasus.

(dem/dem)

Next Article Pencipta Alat Mata-Mata Israel Dikuasai Amerika