Pemerintah Jor-joran Impor Sapi Hidup, Total 534 Ribu Ekor di 2025

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah tengah melakukan strategi baru dalam menjaga pasokan daging nasional, yakni dengan menambah impor sapi hidup atau sapi bakalan untuk dilakukan penggemukan di dalam negeri.

Namun di saat yang sama menekan masuknya daging sapi beku impor. Tujuannya jelas, agar proses penggemukan tetap bergairah dan memberi nilai ekonomi nyata bagi peternak dalam negeri.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan menjaga keseimbangan antara kebutuhan konsumsi dan keberlangsungan usaha peternakan lokal.

"Sapi hidup untuk penggemukan. Kan ada pilihannya dua, kalau kita pilih sapi penggemukan maka harus dikendalikan dong impor daging sapi bekunya, kalau nggak yang peternak penggemukannya akan bangkrut," kata Zulhas saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (16/5/2025).

Sejalan dengan itu, katanya, pemerintah akan menambah kuota impor sapi bakalan sebesar 184 ribu ekor, menambah jumlah kuota sebelumnya yang mencapai 350 ribu ekor. Dengan demikian, total kuota impor sapi hidup atau bakalan di tahun ini menjadi 534 ribu ekor.

Pekerja melakukan bongkar muat sapi impor dari Australia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dari kapal Gelbray Express, Kamis (21/3/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: Pekerja melakukan bongkar muat sapi impor dari Australia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dari kapal Gelbray Express, Kamis (21/3/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Pekerja melakukan bongkar muat sapi impor dari Australia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dari kapal Gelbray Express, Kamis (21/3/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

"Jadi kalau memang kita fokusnya bakalan, nanti bakalan kita bebasin aja. Enggak usah dikuota-kuota lagi kan? Kalau daging bekunya enggak diatur ya mati dia (peternak). Rugi," ujarnya.

Menurut Zulhas, skema penggemukan sapi memberikan dampak ekonomi yang luas karena melibatkan banyak elemen masyarakat, mulai dari peternak, petani rumput, hingga penyedia pakan.

"Kalau penggemukan itu kan kita beli sapinya kecil. Digemukin 6 bulan hingga 1 tahun. Itu ada peternaknya, ada petani rumput, ada makanan jagung. Jadi banyak yang terlibat," kata dia.

Dia juga menggambarkan potensi besar dari rantai ekonomi tersebut. Jika satu keluarga petani bisa memelihara tiga ekor sapi, maka dampaknya bisa menyentuh ratusan ribu keluarga.

"Kalau sejuta (ekor sapi), berapa? 300 ribu keluarga petani kan? 300 ribu keluarga petani bisa hidup dari situ. Jadi ini yang mesti jelas," sambungnya.

Sebaliknya, ia menilai impor daging sapi beku tidak memberikan nilai tambah karena langsung masuk dan dijual tanpa proses produksi lokal. Hal ini dianggap berisiko mematikan usaha penggemukan dalam negeri.


(wur)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Mendag Pastikan RI Tak Jadi "Jalur Tikus" Barang China ke AS

Next Article Zulhas Perintahkan Bulog Timbun 2 Juta Ton Jagung, Ada Apa?

Read Entire Article
Photo View |