Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Iran tengah mendapatkan tekanan kuat baru dari Amerika Serikat (AS), terutama dari pembicaraan nuklir dan sanksi keras Presiden Donald Trump terhadap Teheran.
Melansir Newsweek pada Selasa (20/5/2025), rial turun menjadi 1,05 juta terhadap dolar pada Maret setelah Trump menaikkan prospek aksi militer jika Teheran menolak untuk bernegosiasi. Mata uang sedikit pulih ketika pembicaraan dimulai di Oman, hanya untuk jatuh lagi setelah negosiasi terhenti.
"Kenyataannya adalah bahwa ekonomi kita bereaksi intens terhadap perkembangan politik," kata mantan wakil bank sentral Kamal Seyyed-Ali. "Jika kemungkinan perang skala penuh naik lagi, tingkat dolar akan sekali lagi memecahkan rekor."
Sementara itu, sanksi internasional selama bertahun-tahun, yang diintensifkan oleh kebijakan "tekanan maksimum" Trump, telah melubangi sektor-sektor kunci dan memperdalam ketergantungan Iran pada perkembangan diplomatik.
Di Iran, pemadaman listrik, harga yang melonjak, dan skandal korupsi yang belum terselesaikan telah menyebabkan layanan penting dalam kekacauan serta mengikis kepercayaan publik.
Infrastruktur energi Iran yang menua telah tertekuk di bawah permintaan, ditambah dengan kurangnya investasi selama bertahun-tahun dan sanksi minyak.
Pada April, Menteri Energi Abbas Aliabadi mengakui bahwa pembangkit listrik negara itu hanya menghasilkan 65.000 megawatt per tahun, jauh dari 85.000 megawatt yang dibutuhkan. Kekurangan yang dihasilkan telah menyebabkan pemadaman listrik yang meluas, mengganggu tidak hanya listrik tetapi juga layanan penting termasuk distribusi air, telekomunikasi, dan akses internet.
Di kota-kota besar, pemadaman telah menjadi rutinitas. Penelepon ke media satelit berbahasa Persia, termasuk Iran International, menggambarkan kegagalan negara dengan pemadaman listrik memutuskan koneksi telepon dan membatasi akses ke air bersih.
Akibatnya, sebuah lingkaran setan telah terjadi: tingkat air yang rendah menghambat produksi listrik, sementara pemadaman melumpuhkan sistem pengiriman air, memperburuk frustrasi publik dan kesulitan sehari-hari.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Iran & AS Sepakat Lanjutkan Negosiasi Soal Nuklir
Next Article Pemimpin Tertinggi Iran Enggan Berunding dengan AS: "Tak Cerdas"