Ikuti Jejak Biodiesel, ESDM Kaji Mandatori Nasional Bioetanol

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang menggodok pelaksanaan program mandatori Bahan Bakar Nabati (BBN) bioetanol. Langkah ini diambil menyusul keberhasilan yang dilakukan pemerintah terkait implementasi program mandatori biodiesel 40% (B40).

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengungkapkan, sebelumnya pemerintah sudah memiliki regulasi yang memandatkan penyusunan roadmap pengembangan bioetanol. Namun, implementasi dari roadmap tersebut belum berjalan optimal lantaran belum siapnya industri bioetanol dalam negeri.

Menurut dia, dari 13 industri bioetanol hanya sekitar tiga di antaranya yang mampu memproduksi etanol dengan kualitas bahan bakar. Sedangkan selebihnya merupakan industri yang memproduksi etanol untuk kategori pangan dan minuman.

"Jadi kalau etanol kategori makanan, minuman itu sudah banyak yang bisa, tapi kalau untuk bahan bakar lebih dinaikkan ya, apa namanya itu spesifikasinya untuk menjadi fuel grade itu hanya tiga," ujar Eniya dalam acara Coffee Morning CNBC Indonesia, Jumat (16/5/2025).

Di sisi lain, tiga industri tersebut hanya mampu memproduksi etanol untuk bahan bakar alias fuel grade, dengan total 60 ribu kiloliter (KL). Padahal, bila mengacu pada roadmap sebelumnya, penggunaan bioetanol dalam campuran bahan bakar seharusnya sudah mencapai 20 persen pada tahun 2025.

"Nah tetapi belum ada yang ngejar. Nah karena memang masalah negara dan masalah isu cukai yang masih menjadi problem dan ini baru kita lihat bagaimana skenario nya di sektor regulasi ya," kata dia.

Eniya membeberkan bahwa dengan kapasitas produksi yang hanya sekitar 60 ribu kiloliter saat ini, kebutuhan bioetanol untuk mencapai porsi 5 persen dalam campuran bahan bakar diperkirakan sekitar 1,2 juta kiloliter.

"Nah dari sini kita sedang berpikir ini 5 persen sudah dicoba sama Pertamina saat ini. Dan kalau kita ingin memandatorikan paling gak step pertama itu 400 ribuan, 400 ribuan kiloliter, 10 kali lipat, hampir 10 kali lipat ya dari yang sekarang. Paling tidak step 1 dulu, lalu kita makin tambah industrinya," kata Eniya.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Minta "Privilege" ke KLH Demi Kenaikan Lifting Migas

Next Article Kurangi Impor Bensin, RI Budidaya Tanaman Ini di Jawa-Merauke

Read Entire Article
Photo View |