Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) asal China makin mengkhawatirkan bagi Amerika Serikat (AS). Para petinggi raksasa AI akhirnya bersatu untuk menyuarakan strategi mengalahkan China di hadapan Senat AS.
Para petinggi itu antara lain adalah CEO OpenAI Sam Altman, CEO AMD Lisa Su, CEO CoreWeave Michael Intrator, serta Vice Chair and President Microsoft Brad Smith.
Dalam sidang dengar pendapat pada Kamis (8/5) waktu setempat, para petinggi raksasa AI kompak mengatakan Washington harus menggenjot infrastruktur agar tetap di atas Beijing.
Komite Perdagangan Senat AS yang dikepalai Senator Republik Ted Cruz, mengungkap rencana untuk mengurangi tantangan regulasi dalam pengembangan AI di AS.
Upaya ini digenjot setelah dunia terguncang dengan kemunculan DeepSeek asal China. Tak cuma itu, Huawei juga makin kencang mengembangkan chip AI canggih untuk menggeser posisi Nvidia di tengah perang dagang AS-China.
Industri teknologi AS telah mencatat hal-hal tersebut sebagai bahan negosiasi kebijakan ke pemerintahan Trump. Mereka meminta untuk melonggarkan pembatasan ekspor chip AI. Pasalnya, mempromosikan penggunaan AI ke seluruh dunia penting untuk kepentingan nasional, menurut bos-bos raksasa AI asal AS.
Foto: CEO OpenAI Sam Altman; Lisa Su, CEO dan pimpinan Advanced Micro Devices (AMD); Michael Intrator, salah satu pendiri dan CEO CoreWeave; dan Brad Smith, wakil pimpinan dan presiden Microsoft Corporation, akan memberikan kesaksian di hadapan sidang Komite Perdagangan, Sains, dan Transportasi Senat yang bertajuk “Memenangkan Perlombaan AI: Memperkuat Kemampuan AS dalam Komputasi dan Inovasi,” di Capitol Hill di Washington, D.C., AS, Kamis (8/5/2025). (REUTERS/Jonathan Ernst)
CEO OpenAI Sam Altman; Lisa Su, CEO dan pimpinan Advanced Micro Devices (AMD); Michael Intrator, salah satu pendiri dan CEO CoreWeave; dan Brad Smith, wakil pimpinan dan presiden Microsoft Corporation, akan memberikan kesaksian di hadapan sidang Komite Perdagangan, Sains, dan Transportasi Senat yang bertajuk “Memenangkan Perlombaan AI: Memperkuat Kemampuan AS dalam Komputasi dan Inovasi,” di Capitol Hill di Washington, D.C., AS, Kamis (8/5/2025). (REUTERS/Jonathan Ernst)
"Faktor nomor satu yang akan menentukan apakah AS atau China memenangkan perlombaan ini adalah teknologi siapa yang paling banyak diadopsi di seluruh dunia," kata Presiden Microsoft Brad Smith, dikutip dari Reuters, Jumat (9/5/2025).
Ia menekankan bahwa kekhawatiran tentang propaganda China dan aliran data pribadi ke China telah mendorong perusahaannya sendiri untuk melarang karyawan menggunakan DeepSeek.
"Pelajaran dari Huawei dan 5G adalah siapa pun yang sampai di sana lebih dulu akan sulit digantikan," katanya.
Huawei merupakan produsen peralatan telekomunikasi China, yang juga membuat chip AI canggih. Selama ini, produsen yang juga membuat HP tersebut menghadapi pembatasan AS atas kekhawatiran peralatannya dapat digunakan untuk memata-matai pengguna.
Reuters melaporkan bulan lalu bahwa Huawei tengah meningkatkan pengiriman massal chip AI canggih kepada pelanggan China, ditengah blokir gila-gilaan ke chip Nvidia.
Selain Smith, Altman juga mengungkapkan harapannya terkait manfaat sosial berkat akselerasi AI dalam beberapa tahun ke depan melalui inovasi yang dipimpin AS. Namun, ia menekankan perlu investasi yang mumpuni ke infrastruktur kritis.
Infrastruktur yang dimaksud adalah data center yang lebih banyak dan besar untuk mendorong pengembangan AI.
Sebagai tambahan, Smith mengatakan perlu edukasi untuk menggenjot adopsi AI, pelatihan talenta, serta dukungan ke penelitian dan pengembangan AI.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ancaman Siber di Balik Adopsi Cloud AI, Apa Solusinya?
Next Article China Menang Telak, Amerika Makin Banyak Hambur Uang