Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin menolak untuk bertemu langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Turki pekan ini. Sebaliknya, ia malah mengirim delegasi lapis kedua ke perundingan perdamaian tersebut, sementara Kyiv mengirimkan menteri pertahanannya.
Pertemuan di Turki akan menjadi perundingan langsung pertama antara kedua belah pihak sejak Maret 2022. Berikut update terkait pertemuan kedua negara tetangga tersebut, seperti dikutip Reuters pada Jumat (16/5/2025).
Tanggapan Zelensky
Zelensky mengatakan keputusan Putin untuk tidak hadir tetapi mengirim sebagai barisan "dekoratif" menunjukkan pemimpin Rusia itu tidak serius untuk mengakhiri perang. Rusia menuduh Ukraina mencoba "berpura-pura" di sekitar pembicaraan itu.
"Kita tidak bisa berkeliling dunia mencari Putin," kata Zelensky setelah bertemu dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan di Ankara.
"Saya merasa tidak dihormati oleh Rusia. Tidak ada waktu pertemuan, tidak ada agenda, tidak ada delegasi tingkat tinggi - ini adalah rasa tidak hormat pribadi. Kepada Erdogan, kepada Trump," kata Zelensky kepada wartawan.
Zelensky mengatakan ia juga tidak akan pergi ke Istanbul dan bahwa mandat timnya adalah untuk membahas gencatan senjata.
Keputusan yang dikeluarkan oleh Zelensky mengatakan delegasi Ukraina akan dipimpin oleh Menteri Pertahanan Rustem Umerov dan meliputi wakil kepala dinas intelijennya, wakil kepala staf umum militer, dan wakil menteri luar negeri.
Campur Tangan AS?
Ketidakhadiran Putin, serta harapan akan terobosan besar dalam konflik kedua negara tersebut sempat dirusak oleh Presiden AS Donald Trump, yang mengatakan tidak akan ada gerakan tanpa pertemuan antara dirinya dan Putin.
Baik Trump maupun Putin telah mengatakan selama berbulan-bulan bahwa mereka ingin bertemu satu sama lain, tetapi belum ada tanggal yang ditetapkan. Trump, setelah memberikan tekanan berat pada Ukraina dan berselisih dengan Zelenskiy di Ruang Oval pada bulan Februari, akhir-akhir ini menyatakan ketidaksabarannya bahwa Putin mungkin "menekan saya."
"Tidak akan terjadi apa-apa sampai Putin dan saya bertemu," kata Trump kepada wartawan di Air Force One.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio kemudian menyuarakan pandangan serupa. Ia mengatakan kepada wartawan di resor Turki Antalya bahwa Washington "tidak memiliki harapan tinggi" untuk perundingan Ukraina di Istanbul.
Rubio, yang berbicara di Antalya, juga mengatakan: "Menurut penilaian saya, saya tidak berpikir kita akan mencapai terobosan di sini sampai Presiden (Trump) dan Presiden Putin berinteraksi langsung mengenai topik ini."
Mengacu pada keadaan perundingan saat ini sebagai "jalan buntu," Rubio mengatakan ia akan pergi ke Istanbul untuk bertemu dengan menteri luar negeri Turki dan delegasi Ukraina pada Jumat.
Gencatan Senjata dan Pembicaraan Perdamaian
Ukraina mendukung gencatan senjata 30 hari tanpa syarat, tetapi Putin mengatakan ia ingin memulai perundingan terlebih dahulu untuk membahas rincian gencatan senjata tersebut.
Lebih dari tiga tahun setelah invasi skala penuhnya, Rusia memiliki keuntungan di medan perang dan mengatakan Ukraina dapat memanfaatkan jeda perang untuk memanggil pasukan tambahan dan memperoleh lebih banyak senjata Barat.
Ketika ditanya apakah Putin akan bergabung dalam perundingan di masa mendatang, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov berkata: "Partisipasi seperti apa yang akan dibutuhkan lebih lanjut, pada tingkat apa, masih terlalu dini untuk mengatakannya sekarang."
Rusia mengatakan pada Kamis bahwa pasukannya telah merebut dua permukiman lagi di wilayah Donetsk, Ukraina. Seorang juru bicara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dengan tegas mengingatkan wartawan tentang komentarnya tahun lalu bahwa Ukraina "semakin mengecil" karena tidak adanya kesepakatan untuk menghentikan pertempuran.
Perwakilan Rusia
Kepala delegasi Rusia, penasihat presiden Vladimir Medinsky, mengatakan ia mengharapkan perwakilan Ukraina muncul untuk memulai diskusi pada Jumat di Istanbul pukul 10 pagi waktu setempat.
"Kami siap bekerja," kata Medinsky dalam sebuah video yang diunggah di aplikasi perpesanan Telegram. Ia mengatakan delegasinya telah mengadakan pembicaraan "produktif" pada Kamis malam dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan.
Medinsky adalah mantan menteri kebudayaan yang telah mengawasi penulisan ulang buku teks sejarah untuk mencerminkan narasi Moskow tentang perang tersebut. Delegasi tersebut meliputi wakil menteri pertahanan, wakil menteri luar negeri, dan kepala intelijen militer.
Anggota utama tim tersebut, termasuk pemimpinnya, juga terlibat dalam perundingan perdamaian langsung terakhir di Istanbul pada Maret 2022. Medinsky mengonfirmasi pada Kamis bahwa Rusia melihat perundingan baru tersebut sebagai kelanjutan dari perundingan yang terputus tiga tahun lalu.
"Tugas negosiasi langsung dengan pihak Ukraina cepat atau lambat adalah mencapai perdamaian jangka panjang dengan menghilangkan akar penyebab dasar konflik," kata Medinsky.
Persyaratan yang dibahas pada tahun 2022, ketika Ukraina masih belum pulih dari invasi awal Rusia, akan sangat merugikan Kyiv. Persyaratan tersebut mencakup permintaan Moskow untuk pemotongan besar-besaran terhadap ukuran militer Ukraina.
Dengan pasukan Rusia yang kini menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina, Putin tetap teguh pada tuntutannya yang sudah lama agar Kyiv menyerahkan wilayahnya, meninggalkan ambisinya menjadi anggota NATO, dan menjadi negara netral.
Ukraina menolak persyaratan ini karena dianggap sama saja dengan menyerah, dan tengah mencari jaminan keamanan masa depannya dari negara-negara besar dunia, terutama Amerika Serikat.
(tfa/tfa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Gencatan Senjata 3 Hari Rusia-Ukraina Resmi Dimulai
Next Article Rusia Kirim Rudal ke Ukraina Saat Natal, 1 Orang Tewas